Minggu, 04 Desember 2011

Tetapan Kesetimbangan

PENENTUAN TETAPAN KESEIMBANGAN REAKSI KIMIA

I. Tujuan Percobaan

§ Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi kimia.

§ Menentukan jumlah mol awal.

II. Perincian Kerja

§ Menentukan jumlah mol produk yang tebentuk.

§ Menentukan jumlah mol semua reaktan yang ada dalam kesetimbangan.

§ Mencari konsentrasi semua jenis zat yang berada dalam kesetimbangan.

§ Menentukan harga Kc.

III. Alat dan Bahan

a) Alat yang digunakan

~ Tabung reaksi 5 buah.

~ Gelas ukur 10 ml 1 buah.

~ Gelas ukur 50 ml 1 buah.

~ Pipet volume 1; 2; 3; 4; 5 dan 25 ml.

~ Gelas Kimia 100 ml

~ Sprektometer.

~ Bola hisap 1 buah.

~ Erlemeyer 100 ml 5 buah.

~ Labu semprot 1 buah.

~ Erlemeyer 150 ml 1 buah.

b) Bahan yang digunakan

~ Larutan 2,00 x 10-3 M Pb(NO3) dalam larutan 1 M HNO3 50 ml.

~ Larutan 2,00 x 10-3 M KSCN 50 ml.

IV. Dasar Teori

Jika senyawa-senyawa kimia bereaksi,maka reaksinya secara khusus tidak akan berlangsung sempurna.Dalam hal ini,sistem akan mencapai keadaan sementara dimana reaktan dan produk mempunyai konsentrasi yang tidak berubah dengan adanya perubahan waktu (tidak bergantung pada waktu). Pada umumnya sebagian besar sistem akan mencapai keadaan setimbang,jika kesetimbangan terjadi pada temperatur yang optimal, maka campuran reaksinya akan mengikuti atau sesuai dengan hukum kesetimbangan reaksi kimia,sehingga kondisi/konsentrasi baik reaktan dan produk dapat ditentukan. Kondisi tersebut diekspresikan dalam bentuk tetapan kesetimbangan, Kc reaksi.

Pada percobaan ini,kita akan mencoba mempelajari sifat-sifat kesetimbangandari reaksi antara ion besi (III) dengan ion tiosianat :

Fe2+ (cair) + SCN- (cair) FeSCN2+ (cair) ...(1)

Apabila larutan yang mengandung ion Fe2+ dan ion tiosianat bereaksi,reaksi (1) akan membentuk ion kompleks dari FeSCN2+ yang mempunyai warna merah tua. Karena reaksi tersebut,maka nilai kesetimbangan ion Fe2+ dan ion SCN akan lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum bereaksi,untuk setiap mol FeSCN yang terbentuk 1 mol Fe3+ dan 1 mol SCN- akan bereaksi. Berdasarkan hukum kesetimbangan kimia,maka tetapan kesetimbangan,Kc untuk reaksi (1) mengikuti rumus :

(FeSCN2+)

(Fe2+)(SCN-) ...... (2)

Harga Kc pada persamaan (2) adalah konstan terhadap temperatur. Ini berarti bahwa campuran yang mengandung Fe3+ dan SCN- akan bereaksi sampai persamaan (2) berlangsung dengan baik. Sehingga harga yang sama dari Kc akan tercapai dengan mengabaikan jumlah awal dari Fe3+ dan SCN- yang digunakan. Tujuan kita dalam percobaan ini adalah mencari harga Kc untuk reaksi dari beberapa cara, dan menunjukkan bahwa Kc benar-benar mempunyai harga yang sama dari setiap campuran. Reaksi diatas adalah salah satu reaksi yang terbaik untuk dipelajari karena nilai Kcnya paling tepat dan adanya warna ion FeSCN2+ menunjukkan bahwa campuran kesetimbangan mudah diamati.

Campuran diatas disiapkan dengan cara mencampur larutan besi(III) nitrat, Fe(NO3)3 dan KCSN yang masing-masing konsentrasi telah diketahui. Warna ion FeSCN2+ yang terbentuk menunjukkan bahwa reaksi telah mencapai tahap kesetimbangan.

Dengan mengetahui komposisi awal campuran dan konsentrasi kesetimbangan dari FeSCN 2+ kita dapat menghitung konsentrasi zat yang tidak bereaksi dan kemudian dapat menentukan kadarnya. Karena perhitungan yang diperlukan pada percobaan ini agak rumit,kita dapat menelusuri prosedurnya tahap demi tahap.

Dengan contoh yang spesifik,kita asumsikan terdapat campuran 10,0 ml dari 2,00 x 10-3 Fe(NO3)3 dengan 10,0 ml dari 2,00 x 10-3 M KCSN. Hasil dari reaksi (1),ion FeSCN2+ (merah) yang terbentuk.

Dengan menggunakan metoda analisis yang telah diterangkan diatas ,maka harga konsentrasi pada kesetimbangan adalah 1,50 x 10-4 M. Dengan demikian kita dapat mencari harga Kc reaksi berdasarkan informasi diatas.

Tahap-tahapnya adalah :

1. Mencari jumlah mol awal setiap reaktan

2. Menentukan jumlah mol produk yang terbentuk pada saat terjadi kesetimbangan. Karena produk yang terbentuk pada saat bercampurnya reaktan,maka kita dapat menghitung jumlah setiap reaktan yang telah digunakan.

3. Mencari jumlah mol setiap reaktan yang tidak bereaksi didalam campuran kesetimbangan.

4. Menentukan konsentrasi setiap reaktan

5. Menghitung Kc untuk reaksi tersebut diatas

Tahap I : mencari jumlah mol awal setiap reaktan dalam campuran.

Dalam hal ini terdapat hubungan antara volume dan konsentrasi dari larutan reagent (jumlah mol dari setiap jenis reaktan dalam larutan). Berdasarkan defenisi molaritas, MA dari jenis A, maka didapat :

MA = jumlah mol A

Jumlah liter larutan,V atau jumlah mol A = MA x V .....(3)

Dengan menggunakan persamaan (3), kita adapat menentukan jumlah mol awal Fe3+ dan SCN- .untuk setiap larutan yang digunakan diperlukan 10,0 ml atau 0,0100 liter.

Molaritas untuk setiap larutan adalah 2,00 x 10-3 M.

Oleh karena itu, didalam larutan reagent kita dapat mencari :

Jumlah mol awal Fe3+ = M Fe3+ x V = 2,00 x 10-3 x 0,0100 L

= 20,0 x 10-6 mol

Jumlah mol awal SCN- = M SCN- x V = 2,00 x 10-3 x 0,0100 L

= 20,0 x 10-6 mol

Tahap 2.Mencari jumlah mol produk yang terbentuk.

Disini kita dapat kembali menggunakan persamaan (3). Konsentrasi FeSCN2+ pada kesetimbangan adalah : 1,50 x 10-4 M, volume campuran pada kesetimbangan adalah jumlah dari dua volume yang telah dicampur,yaitu = 20,0 ml atau 0,0200 liter, maka :

Jumlah mol FeSCN2+ = M FeSCN2+ x V = 1,50 x 10-4 x 0,0200 L

= 3,00 x 10-6 mol

Jumlah mol Fe3+ dan SCN- yang telah digunakan didalam produksi FeSCN2+ kedua-duanya harus sama dengan 3,00 x 10-6 mol, karena dengan menggunakan persamaan (1),ini memberikan satu mol Fe3+ dan satu mol SCN- untuk menghasilkan setiap mol FeSCN2+.

Tahap 3. Mencari jumlah mol dari setiap reaktan yang ada pada kesetimbangan.

Pada tahap 1 kita telah menentukan jumlah mol awal Fe3+ dan SCN-. Pada tahap 2 kita telah menentukan jumlah mol Fe3+ dan SCN- yang telah digunakan. Jumlah mol yang ada pada kesetimbangan harus sama dengan jumlah jumlah mol awal yang dikurangi dengan jumlah mol yang bereaksi. Oleh karena itu,pada kesetimbangan :

· Jumlah mol pada kesetimbangan = jumlah mol awal – jumlah mol yang telah digunakan.

· Jumlah mol Fe3+ pada ksetimbanagan = 20,0 x 10-6 – 3,00 x 10-6

= 17,0 x 10-6 mol.

· Jumlah mol SCN- pada kestimbangan = 20,0 x 10-6

Tahap 4. Mencari konsentrasi dari semua jenis pada kesetimbangan.

Secara eksperimen kita telah menemukan konsentrasi FeSCN- secara langsung, yaitu (FeSCN2+) = 1,50 x 10-4 M. Konsentrasi Fe3+ dan SCN- dapat dilihat pada persamaan (3). Jumlah mol dari setiap jenis yang ada pada kesetimbangan telah didapat didalam tahap 3,volume campuran yang digunakan adalah 20,0 ml atau 0,0200 liter. Jadi, pada kesetimbangan :

(Fe3+) = M Fe3+ = Jumlah mol Fe3+ = 17,0 x 10-6 mol
volume larutan 0,0200 L

= 8,5 x 10-4 M ...... (4)

(SCN-) = M SCN = Jumlah mol SCN- = 17,0 x 10-6 mol

Volume larutan 0,0200 L

= 8,5 x 10-4 M

Tahap 5. Mencari harga Kc untuk setiap pereaksi.

Konsentrasi kesetimbangan dari semua reaktan dan produk telah diketahui dengan melakukan substitusi kedalam persamaan (2), maka kita dapat menentukan harga Kc.

Kc = (FeSCN2+) = 1,50 x 10-4 = 208

(Fe3+)(SCN) (8,5 x 10-4)(8,5 x 10-4)

Pada percobaan ini,kita akan mendapatkan data yang serupa yang dapat kita lihat pada contoh :

Perhitungan-perhitungan yang dimasukkan kedalam pengolahan data yang dapat disamakan,(dalam keadaan sebenarnya,hasil yang akan kita peroleh akan berbeda dengan literatur karena adanya perbedaan temperatur, dimana perbedaan ini menyebabkan perbedaan nilai dari Kc).

Dalam melakukan analisa,kita telah mengasumsikan bahwa reaksi yang terjadi sesuai dengan persamaan (1). Reaksi yang terjadi pada persamaan (1) tidak dapat diubah menjadi :

Fe3+ (cair) + 2 SCN- (cair) Fe(SCN) + 2 (cair) ......... (5)

Bila kita tertarik pada keadaan seperti diatas, kita akan bertanya apakah yang kita amati itu adalah reaksi yang terjadi pada persamaan (1) atau (5)..?

Pertimbangan ini adalah sebagai berikut : jika reaksi pada persamaan (1) yang terjadi,maka harga Kc untuk reaksi itu harus tetap meskipun campuran reagentnya berbeda. Biarpun reaksi pada persamaan (5) satu-satunya yang terjadi,Kc yang dihitung mempunyai harga tetap.

Dalam perhitungan,kita akan mengasumsikan bahwa reaksi pada persamaan (5) yang terjadi,sehingga kita akan menganalisa Kc berdasarkan hasil tersebut. Hasil perhitungan dari dua reaksi itu menyimpulkan bahwa reaksi pada persamaan (1) yang akan kita pelajari.

Dua metoda analitik dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi FeSCN2+ didalam campuran kesetimbangan. Metode yang lebih teliti dapat menggunakan spektrofotometer,yang dapat mengukur sejumlah cahaya yang diserap dengan kompleks merah pada panjang gelombang 447 nm. Nilai absorbansi, a dari kompleks tersebut sangat cocok untuk menentukan konsentrasi, m dan dapat diukur secara langsung dengan alat spektrofotometer.

A = K. M

Instruktur bakan menunjukkan bagaimana menggunakan spektrofotometer,jika alat tersebut sudah tersedia dilaboratorium , ini dilengkapi dengan kurva kalibrasi atau persamaan yang kita tentukan sehingga kita dapat menentukan absorbansi dari larutan kita.

Pada metode yang lainnya, kita telah menyiapkan larutan FeSCN- yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan ini akan dipelajari dengan cara membandingkan intensitas warna antara larutan yang telah diketahui konsentrasi dengan yang belum diketahui.

Prosedur dan metode yang sebenarnya untuk perhitungan akan didiskusikan dalam prosedur percobaan.

Dalam menyiapkan campuran untuk percobaan ini,kita harus menjaga konsentrasi ion H+ supaya tetap 0,5 M.ion hidrogen tidak ikut ambil bagian secara langsung didalam reaksi tetapi harus ada,ini penting untuk menjaga agar tidak timbul/terbentuk warna coklat (biasanya FeOH+2), hal ini akan mengganggu analisa (FeSCN2+).

Selasa, 29 November 2011

Makalah K3 Kebakaran


A.     Apa itu Kebakaran ?
Pengertian Kebakaran
Sejak dahulu api merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri dalam peleburan logam. Tetapi sudah tidak  dapat dikendalikan lagi, api menjadi musuh manusia yang merupakan malapetaka dan dapat menimbulkan kerugian baik materi maupun jiwa manusia. Hal tersebut yang biasa disebut kebakaran.

Proses Kebakaran
segitiga api.bmp
Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Seperti dalam gambar segitiga api di samping kiri berikut ini.

Keseimbangan unsur – unsur tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai unsur – unsur tersebut :

a.  Oksigen
     Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan pembakaran.

b. Panas
     Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.


c. Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar )
     Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga unsur – unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.
                                             Gambar Tetrahedron Api

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a.      Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b.     Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Tahap tersebut dapat dilihat pada kurva suhu api di bawah ini.

Gambar Kurva Suhu Api
            Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
            Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Klasifikasi Pertumbuhan
Waktu Pertumbuhan / Growth Time
( detik )
Tumbuh Lambat ( Slow Growth )
> 300
Tumbuh Sedang  ( Moderete Growth )
150 – 300
Tumbuh Cepat ( Fast Growth )
80 – 150
Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast Growth )
< 80
                                        Tabel Laju Pertumbuhan Kebakaran










Ref:“ Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2006 , Dinas Pemadam Kebakaran , Jakarta.
          Klasifikasi Kebakaran
            Klasifikasi Kebakaran, Material dan Media Pemadam Kebakaran di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIKO
MATERIAL
ALAT  PEMADAM
Class A
Kayu, kertas, kain
Dry Chemichal Multiporse dan ABC soda acid
Class B
Bensin, Minyak tanah, varnish
Dry Chemichal foam ( serbuk bubuk ), BCF  (Bromoclorodiflour Methane), CO2, dan gas Hallon
Class C
Bahan – bahan seperti asetelin, methane, propane dan gas alam
Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan BCF
Class D
Uranium, magnesium dan titanium
Metal x, metal guard, dry sand dan bubuk pryme
Ref :“ Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2006 , Dinas Pemadam Kebakaran , Jakarta.

Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.

Penyebab Kebakaran
            Berikut ini adalah penyebab kebakaran :
1.      Manusia, kesalahan manusia dapat berupa kurang hati – hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh merokok atau memasak.
2.      Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
3.      Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
4.      Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
5.      Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.

Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
http://www.q-hse.com/images/stories/artikel/simbol%20pemadam%20api1.jpg


 





Ada pula penggolongan penyebab kebakaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel  Penyebab Kebakaran
Alam
Kemajuan Teknologi

Perkembangan Penduduk

Matahari
Gempa bumi
Petir
Gunug merapi
Listrik
Biologis
Kimia
Ulah manusia :
−   sengaja
−   tidak sengaja
−   awam ( ketidakpahaman )
Ref :“ Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2003 , Dinas Pemadam Kebakaran , Jakarta.
          Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
a.  Faktor Non Fisik
     ●  Lemahnya peraturan perundang – undangan yang ada, serta kurangnya  pengawasan terhadap pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
     ●  Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha – usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
     ●  Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
     ●  Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar peraturan yang berlaku.
     ●  Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama bangunan tinggi.
b.       Faktor Fisik
     ●  Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
     ●  Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
     ●  Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.

          Pola Meluasnya Kebakaran
          Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran. Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak pada cara meluasnya api tersebut.
          Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan. Tetapi berdasarkan penyelidikan – penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola cara meluasnya kebakaran itu sebagai berikut :
     a.  Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
       »   Panas dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas ( langit – langit atau bagian dinding sebelah atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang baru ).
       »   Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang – lubang vertikal seperti cerobong, pipa – pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.
       »   Bila jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui ruang bebas, ruang langit – langit, saluran pipa atau lubang – lubang lain di dinding.
       »   Udara panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu, jendela atau bahan – bahan yang kurang kuat dan mencari lubang lainnya untuk ditembus.
                           Gambar 8. 5. 3 Penjalaran Kebakaran secara Konveksi    
      b.   Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
       »   Panas akan disalurkan melalui pipa – pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi lainnya diseluruh bangunan.
       »   Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.
AA1
                       Gambar 8. 5. 4 Penjalaran Kebakaran secara Konduksi

     c.            Radiasi ( Radiation )     atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan – bahan bangunan yang bila terkena panas akan menimbulkan api.
       »   Karena udara itu mengembang ke atas, maka langit – langit dan dinding bagian atas akan terkena panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan untuk itu sebaiknya ialah yang angka penigkatan perluasan apinya ( fleme-spread ratings ) rendah.
       »   Nyala mendadak ( flash-over ) yang disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan bangunan yang sangat mudah termakan api, adalah gejala yang umum di dalam suatu kebakaran. Kalau suhu meningkat sampai ± 4250 C atau gas – gas yang sudah kehausan zat asam tiba – tiba dapat tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak, dan membesarnya bukan saja secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat.
       »   Sama halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas – gas panas yang mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan ( yang berarti pula menarik zat asam ), semua bagian – bagian yang sempit atau lorong – lorong vertikal di dalam bangunan bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar nyala api, terutama kalau ada kesempatan zat asam membantu pula perluasan api tersebut.

                       Gambar 8. 5. 5 Penjalaran Kebakaran secara Radiasi
     Penanggulangan Kebakaran
            Karena kebakaran adalah suatu malapetaka, maka perlu diperhatikan penaggulangannya, yaitu segala upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan dan memadamkan api serta memperkecil kerugian akibat kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sudah terjadi kebakaran. Usaha – usaha yang dilakukan yaitu :
     Usaha Pencegahan
          Pencegahan dalam hal ini adalah suatu usaha secara bersama untuk menghindari kebakaran dalam arti meniadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang dan menuntut peran serta dari masyarakat.   Sedangkan usaha – usaha yang dilakukan Pemerintah adalah :
a.      Mengadakan dan menjalankan undang – undang / peraturan daerah seperti :
     ▪   Undang – undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.
     ▪   Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung bertingkat.
     ▪   Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta.
b.     Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa pembuatan jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk.
c.      Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang ada serta penyuluhan – penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak dijalankan dengan baik.

     Cara Pemadaman
            Dari pengertian tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman api, yaitu : 
a.      Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan / menjauhkan benda – benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar / dimatikan.
b.     Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas. Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.
c.      Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2 pada lokasi sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistem lokalisasi, yaitu dengan membatasi / menutupi benda – benda yang terbakar agar tidak bereaksi dengan O2, contohnya :
     ▪   Menutup benda – benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air, misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.
     ▪   Menimbun benda – benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.
     ▪   Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2

     Pemilihan dan Penempatan Alat Pemadam
            Untuk menunjang bekerjanya alat, diperlukan suatu sistem koordinasi melalui suatu panel kontrol atau tidak melalui suatu panel kontrol, seperti hydrant. Di bawah ini akan digambarkan diagram sistem kerja perlengkapan kebakaran yang bekerja secara elektrik dan dikontrol oleh petugas panel.

















                     Gambar 8. 6. 1 Diagaram Sistem Kerja Perlengkapan Kebakaran
     Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Pemadam Kebakaran
     Pemeriksaan Sistem Pemadam Kebakaran
            Pada tahapan ini ada 2 macam pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu :
a.      Pemeriksaan Sebagian – sebagian
Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebelum sesuatu bagian dari sistem pemadam kebakaran ditanam dalam tanah atau sebelum diletakan diantara plafond dengan plat lantai. Kesemua ini harus dilakukan disaat proses pembangunan agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih baik.
b.     Pemeriksaan Keseluruhan
Pemeriksaan ini dilaksanakan apabila seluruh sistem telah terpasang dan gedung telah mencapai penyelesaian sebesar 75 % dari rencana keseluruhan.

     Pengujian Sistem Pemadam Kebakaran

            Pengujian umumnya dilakukan atas masing – masing jenis alat dan fungsi dari seluruh sistem setelah selesai pemasangan.

     a.  Pengujian Tekanan
          Pada pengujian tekanan ini perlu diketahui apakah pengujian sampai kesemua bagian dari sistem instalasi pipa pemadam kebakaran tersebut.
          Cara pelaksanaannya yaitu dengan : menjalankan pompa penguji untuk menghantarkan tekanan air kesemua pipa cabang dan membuka semua katup untuk sementara agar dapat diketahui apakah tekanan air yang masuk pada tiap – tiap pipa cabang sesuai dengan yang diinginkan dan selama pengujian berlangsung tidak boleh terjadi perubahan / penurunan tekanan. 
     b.  Pengujian Tangki
          Setelah selesai dibangun atau dipasang, tangki harus dibersihkan secara baik dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran, dan pada pengujian ini tangki harus tidak menunjukan gejala – gejala adanya kebocoran sekurang – kurangnya selama 24 jam.
     c.  Pengujian Pipa dan Aliran
          Pada pengujian ini aliran harus benar – benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati / sama dengan debit aliran keluar. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka sistem instalasi harus diperiksa ulang untuk menjamin bahwa sistem yang dipasang dapat berfungsi dengan baik.
     d.  Pengujian Sistem Automatisasi Sprinkler
          Cara ini dapat dilakukan hanya pada bagian dari beberapa sprinkler, yaitu dengan cara memanaskan sprinkler head, pada temperatur tertentu tabung kaca sprinkler head akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang – lubang sprinkler head.
e.  Pengujian Katup
Pengujian katup secara khusus dilaksanakan, walaupun pengujian pada katup sudah tercakup pada pengujian aliran pada pipa.         
        


B.   Prinsip Dasar Pemadaman
Sebelum mempelajari lebih jauh prinsip pemadaman api, kita harus mengetahui lebih dahulu klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran atau jenis bahan bakarnya. Tujuan klasifikasi ini adalah agar memudahkan kita dalam usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Kita dapat memilih media pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu jenis kebakaran, sehingga usaha pencegahan dan pemadaman akan berdaya guna dan tepat guna.

Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980, klasifikasi kebakaran di Indonesia adalah sebagai berikut :
§  Kelas A, kebakaran bahan padat biasa, dimana pendinginan ( dengan air atau
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.
§   Kelas B, kebakaran cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara
 utama untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran minyak, gemuk (grease), cat berpelarut minyak, dan gas
mudah terbakar.
§  Kelas C, kebakaran pada peralatan beraliran listrik, dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media pemadam yang tidak menghantarkan listrik. Jika arus listriknya dimatikan, akan ditemui kebakaran kelas A atau kebakaran kelas  B.
Contoh : kebakaran trafo, panel lstrik, generator, peralatan audio, dll.
§  Kelas D, kebakaran logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa terjadinya api adalah atas dasar peristiwa segitiga api. Dengan demikian untuk memadamkan api atau untuk mencegah timbulnya api, kita harus menghilangkan salah satu unsur segitiga api atau merusak konsentrasi dari ketiga unsur tersebut, yaitu  :
§  Menghilangkan/membatasi atau mengurangi bahan bakar (starvation).
Pemindahan bahan mudah terbakar untuk mematikan api memang efektif, tapi pada
prakteknya memang sulit. Sebagai contoh cara memindahkan bahan bakar yaitu dengan
menutup kerangan, memompa minyak ketempat lain, memindahkan bahan yang mudah
terbakar dll.
Cara lain adalah dengan menyiram air pada bahan tersebut atau membuat
penahan/pencegah terjadinya penguapan bahan tersebut yaitu dengan foam yang
menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran.

§  Memisahkan uap bahan bakar dengan udara (penyelimutan/smothering), sedangkan
prinsip mengurangi kadar oksigen diudara disebut pengenceran/dilusi.
Salah satu contoh cara ini ialah memadamkan minyak terbakar dipenggorengan dengan
jalan menutup penggorengan tersebut. Penyelimutan ini biasanya adalah salah
satu
cara yang paling mudah untuk memadamkan api.

§  Mengurangi panas bahan bakar sampai temperatur dibawah titik penyalaannya
(pendinginan/cooling).
Salah satu cara yang paling luas untuk memadamkan api adalah dengan cara
pendinginan. Pengontrolan suhu mendapatkan penyerapan panas dengan pendinginan
bahan baku sampai titik sehingga tidak bisa menguap untuk menyuplai uap untuk
pembakaran. Air adalah salahsatu bahan penyerap panas yang terbaik dari bahan
lainnya.

§  Memutus rantai reaksi api baik secara kimiawi maupun secara fisis (breaking chain
reaction).
Penelitian yang telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan membuktikan bahwa pernyataan yang paling dekat tentang pemisah panas, pemisahan bahan bakar, atau pemisahan oksigen dalam pemadaman kebakaran tidak berlaku, bila Dry Powder atau bahan-bahan yang mengandung hidrokarbon dipakai untuk bahan pemadam. Bahan-bahan ini adalah produk-produk menengah yang reaksinya lambat dalam reaksi kebakaran untuk menurunkan suhu panas (tingkatan evolusi suhu panas) dan untuk pemadam.  

C.     Media Pemadaman Api
Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
ü Jenis padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
ü Jenis cair : misalnya air, busa
ü Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102
Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman Api
\ Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.

\ Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :
ü  Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
ü  Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya :Monoamonium Phosphate (MAP).
ü  Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder dll.
« Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah :
þ Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron,
þ Tidak beracun
þ Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah “logam stearate” serta bahan-bahan tambahan (additives tambahan).
þ Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
þ Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan.

«  Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :
þ Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
þ Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.

\ Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
ü Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
ü Murah
ü Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan
ü Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk
ü Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam air.
ü Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.


« Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :
ý Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
ý Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
ý Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
« Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
þ  Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 °C sampai 100 °C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
þ  Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).

\  Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A.
ü Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
            A12(SO4)3 + 6NaHCO3→ 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2

ü Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa mekanis.
Bahan baku busa mekanis antara
lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).

D.    Alat Pemadam Kebakaran
Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu :
ü Alat pemadam api ringan.
ü Alat pemadam api beroda.
ü Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system).
Pada dasarnya teknik untuk memadamkan kebakaran adalah :
þ  Harus dipadamkan sedini mungkin dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat, atau dengan cara sederhana yang tepat, antara lain : menutupi dengan goni basah, menyiram dengan air (disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran).
þ  Bila pertolongan petama gagal, usahakan penanggulangan kebakaran terhadap daerah yang terbakar dan bersamaan dengan itu usahakan memblokir tempat kebakaran dengan bangunan lain yang terdekat.
þ Untuk pemadaman yang menggunakan air atau bahan cair, terlebih dahulu harus
memutuskan aliran listrik ditempat yang akan dipadamkan/disemprot.
Yang akan diterangkan berikut ini lebih ditekankan pada penggunaan alat pemadam api ringan (APAR).

E.  Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Penggunaan alat pemadam api ringan (Portable Fire Extinguisher) untuk memadamkan kebakaran awal telah terbukti banyak manfaatnya. Menurut penelitian National Association of Fire Equipment Distributor di Amerika (Bryan, hal 27), dari sejumlah 5400 kasus kebakaran yang diteliti, sekitar 5073 kasus dapat dipadamkan oleh penghuni dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan. Sedangkan kasusnya sisanya dipadamkan dengan menggunakan sistem sprinkler otomatis atau oleh regu pemadam.
Oleh karena itu, NFPA menentukan bahwa APAR harus tetap disediakan untuk memadamkan kebakaran awal. Walaupun tempat tersebut telah dilindungi oleh sprinkler otomatis atau alat pemadam kebakaran yang lain (hidran air, dll). NFPA memberikan batasan, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah : “suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran” (NFC 10-1981, hal. 10-6)
Gambar tabung.bmp






Gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980, tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR, dikemukakan bahwa APAR adalah : alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulanya terjadi kebakaran. Dari kedua batasan diatas tampak jelas ciri-ciri yang memiliki APAR, yaitu : ringan, berisi media pemadam, mempunyai tenaga dorong, digunakan untuk memadamkankebakaran awal, dan dapat dilayani oleh satu orang saja.

Untuk memadamkan kebakaran, APAR memiliki beberapa keterbatasan, baik dalam jumlah media pemadam, jarak jangkau serta lamanya semprotan. Oleh karena itu APAR harus dipergunakan secara cepat dan tepat, agar tidak banyak media pemadam yang terbuang percuma.

Dayaguna (effisiensi) dan hasil guna (efektivitas) penggunaan APAR tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
ü APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
ü APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working order).
ü Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan APAR.
ü Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu mempergunakan APAR tersebut (NFC 10-1981, hal. 10-29).

F.      Pemakaian Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
\  APAR jenis Dry Powder (Tepung Kering)
  Salah satu contoh Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan media pemadam Dry Powder adalah Model A-20 E.
pemadam tepung kimia.bmp






Gambar APAR dengan Media Pemadam Dry Powder

Cara-cara pemakaiannya adalah sebagai berikut :
ü  Turunkan alat pemadam dari tempatnya.
ü  Lepaskan selang dari jepitan
ü  Pegang horn nozzle dengan tangankiri sedangkan tangan kanan menekan
pelatuk/pemecah cartrige dengan posisi badan/muka menyamping dari fill cap
racun api.
ü  Lakukan pengetesan ditempat yang aman terlebih dahulu sebelum maju kesasaran api dengan posisi nozzle keatas
ü  Bila alat tersebut baik majulah mendekati api dari arah angin datang (diatas
angin) dengan memegang nozzle sudut 45°.
ü  Padamkan api dengan mengarahkan semburan dry chemical 6” dimuka sudut (tepi) api dalam jarak kira-kira 2 meter (jangan terlampau dekat). Lalu majulah perlahan sambil mengibas kekiri dan kekanan sedemikian rupa sehingga semburan dry chemical melewati tepian api/batas bagian yang terbakar tertutup dengan sempurna.
ü  Perhatikan dengan seksama apakah api benar-benar telah mati, kalau telah mati
mundurlah beberapa langkah dan jangan langsung membelakangi api karena kemungkinan api menyala kembali (flash back) dan akan membahayakan bagi pemakainya.

\  Jenis Busa Kimia (Chemical Foam)
APAR jenis busa kimia mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu :
ü Jenis balik biasa/Overturing.
ü Jenis kerangan/Valve.
ü Jenis sekat pecah/Breakable seal.

Saat menggunakan APAR jenis busa jangan digunakan langsung kepermukaan cairan yang terbakar, tetapi harus diarahkan kedinding vertikal permukaan yang terbakar sehingga foam mengalir kebawah dan membentuk lapisan selimut yang akan menyebar diatas permukaan yang terbakar.

Jenis alat pemadam ini terdiri dari gas cartrige dan stored pressure yang dioperasikan dengan posisi berdiri, tetapi jenis yang lama harus dibalikkan pada saat mengoperasikannya . jenis ini harus dipegang selama dioperasikan dan akan membantu untuk memadamkan api secara cepat, serta pada saat yang sama nozzle harus ditekan untuk memberikan pancaran dengan tekanan yang cukup.
pemadam busa.bmp







Gambar APAR dengan Media Pemadaman Chemical Foam

Dibandingkan dengan APAR busa-mekanik, APAR jenis busa kimia memiliki beberapa kelemahan :

û  Daya pemadamannya lebih rendah (untuk ukuran APAR yang sama).

û  Sekali digunakan tidak dapat dihentikan pancarannya, sehingga mempersulit penggunaannya.

û  Mengandung bahan kimia yang bersifat karat.

ü APAR busa mekanik (Mechanical Foam Extinguisher).

Sistem pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).

Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
ü Tipe gas Cartrige.

ü Tipe stored-pressure.


Pemakaian APAR jenis busa

Pada kepala bejana sering dilengkapi dengan katup pengatur, dan pada nozzle terdapat sistem pengisi ventury untuk memasukkan udara gelembung busa .

Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan tipe busa kimia, adalah :

ü Daya pemadamannya tinggi.

ü Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga memudahkan pemadaman.

ü Sifat karat dari larutannya tidak setinggi allumunium sulfat.

Teknik atau cara penyampaian busa ketempat bakaran adalah :

ü Dinginkan wadah cairan yang terbakar.

ü Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan sekali-kali air tersebut
dimasukkan ketempat yang terbakar.

ü Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ketempat yang terbakar.

ü Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan kebagian dalam dinding wadah yang terbakar.

ü Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan busanya diarahkan keluar dari tempat yang terbakar.


ü Jenis Gas CO2

CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.


Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO2 berubah wujudnya menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan mendesak udara keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO2 disimpan dalam silinder dengan tekanan 1000-1200 psi.

Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe ini mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.

pemadam karbon dioksida.bmp









Gambar APAR dengan Media Pemadaman Gas CO2

APAR jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

ü Bersih tanpa meninggalkan bekas pada peralaatan yang disemprotkan, sehingga cocok untuk laboratorium, percetakan, pabrik makanan.

ü Murah dan mudah diperoleh.

ü Tidak menghantar listrik.

APAR jenis ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

ü Daya pemadaman kurang efektif (dibandingkan dengan media pemadam halon serta Dry chemical),sehingga perlu konsentrasi yang tinggi untuk pemadamannya.

ü Mudah tersebut sehingga kurang efektif untuk tempat terbuka.

ü Tidak beracun, tetapi inert, sehingga untuk penggunaannya harus diperhitungkan orang-orang yang ada diruangan tersebut. (Ansul Fire Aid Fire Training, 1974).



Cara-cara pemakaiannya :

ü Turunkan tabung CO2 dari tempatnya.

ü Lepaskan horn dari tempat jepitannya.

ü Putuskan  lead seal (pen pengaman).

ü Pegang horn dengan tangan kiri dan arahkan keatas.

ü Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum  menuju kearah api).

ü Bila keadaan baik bawa ketempat kebakaran.

ü Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah datangnya angin dan usahakan agar menutup keseluruhan daerah permukaan api.

G.     Apa yang dilakukan ketika kebakaran terjadi, akibat dari hubungan arus pendek listrik ?

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa penyebab kebakaran telah dibagi menjadi empat klasifikasi. Salah satu penyebab kebakaran adalah Arus Listrik. Mengapa arus listrik dimasukkan kedalam salah satu klasifikasi penyebab terjadinya kebakaran?, jawabanya adalah arus listrik memiliki tegangan yang sangat tinggi yang mengalir melalui media kabel yang terbuat dari tembaga, arus listrik ini pula menghantarkan panas. Panas inilah yang menyebabkan terjadinya arus pendek listrik yang menjadi penyebab kebakaran. Kabel yang dialiri arus listrik akan meleleh jika kualitas kabel rendah, dan akan menyebabkan kebakaran. Selain itu penggunaan stop kontak listrik yang berlebihan dalam rumah akan menyebabkan kebakaran yang lebih fatal. Stop kontak listrik yang bercabang yang dimasukkan arus listrik akan menghantarkan panas dua kali lipat, dan stop kontak akan meleleh dan menimbulkan kebakaran.


Apabila terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh arus listrik, adapun hal yang perlu dilakukan saat terjadi kebakaran, yaitu :
ü Bawalah surat – surat yang berharga seperti surat tanah, ijazah, dan surat – surat berharga lainnya.
ü Jangan berada dekat dengan lokasi kebakaran.
ü Lakukan pemadaman api dengan alat yang sesuai.

Adapun pemadam yang digunakan saat terjadinya kebakaran akibat arus listrik adalah alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering, seperti Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan BCF.
Saat akan melakukan pemadaman hal yang dilakukan adalah mematikan sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.





























H.    Kesimpulan

ü Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.

ü Api terjadi karena persenyawaan dari :

ü  Sumber panas,
ü  Oksigen,
ü  Bahan bakar.

\  Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
ü  Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
ü  Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )

\ Kebakaran dibagi atas beberapa klasifikasi, yaitu :
ü  Kelas A, kebakaran bahan padat biasa, dimana pendinginan ( dengan air atau
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.

ü  Kelas B, kebakaran cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran minyak, gemuk (grease), cat berpelarut minyak, dan gas
mudah terbakar.
ü  Kelas C, kebakaran pada peralatan beraliran listrik, dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media pemadam yang tidak menghantarkan listrik. Jika arus listriknya dimatikan, akan ditemui kebakaran kelas A atau kebakaran kelas  B.
Contoh : kebakaran trafo, panel lstrik, generator, peralatan audio, dll.
ü  Kelas D, kebakaran logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.

\  Cara perembatan api terbagi atas 3 macam, yaitu :
ü   Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
ü   Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
ü   Radiasi ( Radiation )     atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik.

\  Adapun sistem cara pemadaman kebakaran, terbagi atas :
ü   Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara memisahakan / menjauhkan benda – benda yang dapat terbakar. Contohnya, bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar / dimatikan.
ü   Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas. Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.
ü   Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2 pada lokasi sekitar benda- benda terbakar.

\  Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
ü  Jenis padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
ü  Jenis cair : misalnya air, busa
ü  Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102

\  Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu :
ü  Alat pemadam api ringan.
ü  Alat pemadam api beroda.
ü  Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system).

\  Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah : “suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran” (NFC 10-1981, hal. 10-6)

\  Dayaguna (effisiensi) dan hasil guna (efektivitas) penggunaan APAR tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
ü  APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
ü  APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working order).
ü  Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan APAR.
ü  Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu mempergunakan APAR tersebut (NFC 10-1981, hal. 10-29).


\  Adapun Alat Pemadaman Api Ringan (APAR) dibagi atas beberapa macam yaitu:
ü  APAR jenis Dry Powder (Tepung Kering)
Salah satu contoh Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan media pemadam Dry Powder adalah Model A-20 E.

ü  Jenis Busa Kimia (Chemical Foam)
APAR jenis busa kimia mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu :
ü  Jenis balik biasa/Overturing.
ü  Jenis kerangan/Valve.
ü  Jenis sekat pecah/Breakable seal.

ü  APAR busa mekanik (Mechanical Foam Extinguisher).

Sistem pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).

Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
ü  Tipe gas Cartrige.

ü  Tipe stored-pressure.

ü  Jenis Gas CO2

CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.


\  Apabila terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh arus listrik alat pemadam yang digunakan adalah alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering, seperti Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan BCF.


Daftar Pustaka

Ø  http://Kebakaran/Universitas_Pembangunan_Nasional_Veteran_file/.pdf
Ø  http://Langkah _Langkah_Perawatan_Alat_Pemadam_Api/Anwar Arifin.blogspot .html
Ø  http://akar rumput 2/: blogspot.Com/2011/01/segitiga api dan pemindahan panas.html
Ø  http:// metro..kompasiana.com/2010/07/02/elpiji- bagian dari segitiga api.html