A. Apa itu Kebakaran ?
Pengertian Kebakaran
Sejak dahulu api
merupakan kebutuhan hidup manusia, dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai
salah satu contoh, api digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar
dalam industri dalam peleburan logam. Tetapi sudah tidak dapat dikendalikan lagi, api menjadi musuh
manusia yang merupakan malapetaka dan dapat menimbulkan kerugian baik materi
maupun jiwa manusia. Hal tersebut yang biasa disebut kebakaran.
Proses Kebakaran
Kebakaran berawal dari proses reaksi
oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Material yang mudah
terbakar ( bahan bakar ). Seperti dalam gambar segitiga api di samping kiri
berikut ini.
Keseimbangan unsur – unsur
tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat
mengenai unsur – unsur tersebut :
a. Oksigen
Oksigen
atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam
pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran
suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan
pembakaran.
b.
Panas
Panas
menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur, sehingga
akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber – sumber panas
tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat
reaksi kimia dan sebagainya.
c.
Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar )
Bahan tersebut memiliki titik nyala
rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk dapat berubah
menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar
bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga unsur – unsur di atas
dapat digambarkan pada segitiga api.
Gambar Tetrahedron Api
Proses kebakaran
berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan terjadi
peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat
hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai
saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a.
Tahap
Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion
)
Tahap tersebut dapat dilihat pada
kurva suhu api di bawah ini.
Gambar Kurva Suhu Api
Pada suatu peristiwa kebakaran,
terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang
menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas
tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah
horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat
tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam
memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap
pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Klasifikasi Pertumbuhan
|
Waktu Pertumbuhan / Growth Time
( detik )
|
Tumbuh
Lambat ( Slow Growth )
|
>
300
|
Tumbuh
Sedang ( Moderete Growth )
|
150
– 300
|
Tumbuh
Cepat ( Fast Growth )
|
80
– 150
|
Tumbuh
Sangat Cepat (Very Fast Growth )
|
<
80
|
Tabel Laju Pertumbuhan
Kebakaran
Ref:“ Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2006 , Dinas
Pemadam Kebakaran , Jakarta.
Klasifikasi
Kebakaran
Klasifikasi Kebakaran, Material dan
Media Pemadam Kebakaran di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIKO
|
MATERIAL
|
ALAT PEMADAM
|
Class
A
|
Kayu,
kertas, kain
|
Dry
Chemichal Multiporse dan ABC soda acid
|
Class
B
|
Bensin,
Minyak tanah, varnish
|
Dry
Chemichal foam ( serbuk bubuk ), BCF
(Bromoclorodiflour Methane), CO2, dan gas Hallon
|
Class
C
|
Bahan
– bahan seperti asetelin, methane, propane dan gas alam
|
Dry
Chemichal, CO2, gas Hallon dan BCF
|
Class
D
|
Uranium,
magnesium dan titanium
|
Metal
x, metal guard, dry sand dan bubuk pryme
|
Ref :“ Teori
Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2006 , Dinas Pemadam Kebakaran , Jakarta.
Dari
keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya
untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng /
alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
Penyebab Kebakaran
Berikut ini adalah penyebab
kebakaran :
1.
Manusia, kesalahan manusia dapat berupa
kurang hati – hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau
kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh
merokok atau memasak.
2.
Alat,
disebabkan karena kualitas alat yang
rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi
syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
3.
Alam,
sebagai contoh adalah panasnya
matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran.
4.
Penyalaan
sendiri, sebagai
contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh
kebocoran atau hubungan pendek listrik.
5.
Kebakaran
disengaja, seperti
huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta
simbolnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Ada pula penggolongan penyebab kebakaran
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Penyebab Kebakaran
Alam
|
Kemajuan
Teknologi
|
Perkembangan Penduduk
|
Matahari
Gempa bumi
Petir
Gunug merapi
|
Listrik
Biologis
Kimia
|
Ulah manusia :
−
sengaja
−
tidak sengaja
−
awam ( ketidakpahaman )
|
Ref :“ Teori
Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran “, 2003 , Dinas Pemadam Kebakaran , Jakarta.
Penyebab kebakaran dapat dilihat
secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
a. Faktor Non Fisik
● Lemahnya peraturan perundang – undangan yang
ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
● Adanya
kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha –
usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
● Kondisi
masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku
sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
● Lemahnya
usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan
faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara
melanggar peraturan yang berlaku.
● Dana
yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
b. Faktor Fisik
● Keterbatasan
jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
● Kondisi
gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
● Kondisi
lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
Pola
Meluasnya Kebakaran
Dari
segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran.
Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak
pada cara meluasnya api tersebut.
Perhitungan
secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan.
Tetapi berdasarkan penyelidikan – penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola
cara meluasnya kebakaran itu sebagai berikut :
a. Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran,
disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih
rendah dan menyerahkan panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
» Panas
dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas ( langit – langit atau bagian
dinding sebelah atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang baru ).
» Panas
dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang – lubang vertikal
seperti cerobong, pipa – pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.
» Bila
jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui
ruang bebas, ruang langit – langit, saluran pipa atau lubang – lubang lain di
dinding.
» Udara
panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu, jendela atau
bahan – bahan yang kurang kuat dan mencari lubang lainnya untuk ditembus.
Gambar 8. 5. 3 Penjalaran Kebakaran secara Konveksi
b. Konduksi
( Conduction ) atau perpindahan
panas karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur tinggi ke
temperatur rendah di dalam suatu medium.
» Panas
akan disalurkan melalui pipa – pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi
lainnya diseluruh bangunan.
» Karena
sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam
kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.
Gambar
8. 5. 4 Penjalaran Kebakaran secara Konduksi
c. Radiasi (
Radiation ) atau perpindahan
panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda
dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik.
Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan – bahan bangunan
yang bila terkena panas akan menimbulkan api.
» Karena
udara itu mengembang ke atas, maka langit – langit dan dinding bagian atas akan
terkena panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan
untuk itu sebaiknya ialah yang angka penigkatan perluasan apinya ( fleme-spread ratings ) rendah.
» Nyala
mendadak ( flash-over ) yang
disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan bangunan yang sangat mudah termakan
api, adalah gejala yang umum di dalam suatu kebakaran. Kalau suhu meningkat
sampai ± 4250 C atau gas – gas yang sudah kehausan zat asam tiba –
tiba dapat tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak, dan
membesarnya bukan saja secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat.
» Sama
halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas – gas panas yang
mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan ( yang berarti pula
menarik zat asam ), semua bagian – bagian yang sempit atau lorong – lorong
vertikal di dalam bangunan bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar
nyala api, terutama kalau ada kesempatan zat asam membantu pula perluasan api
tersebut.
Gambar
8. 5. 5 Penjalaran Kebakaran secara Radiasi
Penanggulangan
Kebakaran
Karena kebakaran adalah suatu
malapetaka, maka perlu diperhatikan penaggulangannya, yaitu segala upaya yang
dilakukan untuk menyelamatkan dan memadamkan api serta memperkecil kerugian
akibat kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sudah
terjadi kebakaran. Usaha – usaha yang dilakukan yaitu :
Usaha
Pencegahan
Pencegahan dalam hal ini adalah suatu usaha secara
bersama untuk menghindari kebakaran dalam arti meniadakan kemungkinan
terjadinya kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang
berwenang dan menuntut peran serta dari masyarakat. Sedangkan usaha – usaha yang dilakukan
Pemerintah adalah :
a. Mengadakan dan menjalankan undang –
undang / peraturan daerah seperti :
▪ Undang
– undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat
tinggal atau tempat mendirikan bangunan.
▪ Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung bertingkat.
▪ Peraturan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang ketentuan penanggulangan
bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta.
b.
Mengadakan
perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa pembuatan jaringan
jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk.
c.
Mengadakan
penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah kebakaran, perlu
ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang ada serta penyuluhan –
penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak dijalankan dengan
baik.
Cara
Pemadaman
Dari pengertian tentang penyebab
kebakaran maka dapat ditemukan sistem pemadaman api, yaitu :
a.
Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan
cara memisahakan / menjauhkan benda – benda yang dapat terbakar. Contohnya,
bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api
harus segera dibongkar / dimatikan.
b. Cara
pendinginan, adalah
sistem pemadaman dengan cara menurunkan panas. Contoh, penyemprotan air ( bahan
pokok pemadam ) pada benda yang terbakar.
c. Cara
isolasi, adalah sistem
pemadaman dengan cara mengurangi kadar O2 pada lokasi sekitar benda-
benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan sistem lokalisasi, yaitu dengan
membatasi / menutupi benda – benda yang terbakar agar tidak bereaksi dengan O2,
contohnya :
▪ Menutup
benda – benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air, misalnya pada
kebakaran yang bermula dari kompor.
▪ Menimbun
benda – benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.
▪ Menyemprotkan
bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO2
Pemilihan
dan Penempatan Alat Pemadam
Untuk menunjang bekerjanya alat,
diperlukan suatu sistem koordinasi melalui suatu panel kontrol atau tidak
melalui suatu panel kontrol, seperti hydrant.
Di bawah ini akan digambarkan diagram sistem kerja perlengkapan kebakaran yang
bekerja secara elektrik dan dikontrol oleh petugas panel.
Gambar 8. 6. 1 Diagaram
Sistem Kerja Perlengkapan Kebakaran
Pemeriksaan dan
Pengujian Instalasi Pemadam Kebakaran
Pemeriksaan
Sistem Pemadam Kebakaran
Pada
tahapan ini ada 2 macam pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan Sebagian – sebagian
Pemeriksaan
ini perlu dilakukan sebelum sesuatu bagian dari sistem pemadam kebakaran
ditanam dalam tanah atau sebelum diletakan diantara plafond dengan plat lantai.
Kesemua ini harus dilakukan disaat proses pembangunan agar pemeriksaan dapat
dilakukan lebih baik.
b. Pemeriksaan Keseluruhan
Pemeriksaan
ini dilaksanakan apabila seluruh sistem telah terpasang dan gedung telah
mencapai penyelesaian sebesar 75 % dari rencana keseluruhan.
Pengujian
Sistem Pemadam Kebakaran
Pengujian
umumnya dilakukan atas masing – masing jenis alat dan fungsi dari seluruh
sistem setelah selesai pemasangan.
a. Pengujian
Tekanan
Pada pengujian tekanan ini perlu
diketahui apakah pengujian sampai kesemua bagian dari sistem instalasi pipa
pemadam kebakaran tersebut.
Cara pelaksanaannya yaitu dengan :
menjalankan pompa penguji untuk menghantarkan tekanan air kesemua pipa cabang
dan membuka semua katup untuk sementara agar dapat diketahui apakah tekanan air
yang masuk pada tiap – tiap pipa cabang sesuai dengan yang diinginkan dan
selama pengujian berlangsung tidak boleh terjadi perubahan / penurunan
tekanan.
b. Pengujian
Tangki
Setelah selesai dibangun atau
dipasang, tangki harus dibersihkan secara baik dan kemudian diisi dengan air
untuk memeriksa adanya kebocoran, dan pada pengujian ini tangki harus tidak
menunjukan gejala – gejala adanya kebocoran sekurang – kurangnya selama 24 jam.
c. Pengujian
Pipa dan Aliran
Pada pengujian ini aliran harus benar
– benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati / sama dengan debit aliran
keluar. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka sistem instalasi harus diperiksa
ulang untuk menjamin bahwa sistem yang dipasang dapat berfungsi dengan baik.
d. Pengujian
Sistem Automatisasi Sprinkler
Cara ini dapat dilakukan hanya pada
bagian dari beberapa sprinkler, yaitu
dengan cara memanaskan sprinkler head,
pada temperatur tertentu tabung kaca sprinkler
head akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar
melalui lubang – lubang sprinkler head.
e. Pengujian Katup
Pengujian
katup secara khusus dilaksanakan, walaupun pengujian pada katup sudah tercakup
pada pengujian aliran pada pipa.
B. Prinsip Dasar Pemadaman
Sebelum mempelajari lebih jauh prinsip pemadaman api, kita
harus mengetahui lebih dahulu klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan
yang terbakar. Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran ialah penggolongan
atau pembagian kebakaran atau jenis bahan bakarnya. Tujuan klasifikasi ini
adalah agar memudahkan kita dalam usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran.
Kita dapat memilih media pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu jenis
kebakaran, sehingga usaha pencegahan dan pemadaman akan berdaya guna dan tepat
guna.
Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.
Per-04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980, klasifikasi kebakaran di Indonesia
adalah sebagai berikut :
§ Kelas
A, kebakaran bahan padat biasa,
dimana pendinginan ( dengan air atau
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.
§ Kelas B, kebakaran
cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara
utama untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran minyak, gemuk (grease), cat berpelarut
minyak, dan gas
mudah terbakar.
mudah terbakar.
§ Kelas C, kebakaran
pada peralatan beraliran listrik, dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media
pemadam yang tidak menghantarkan listrik. Jika
arus listriknya dimatikan, akan ditemui kebakaran kelas A atau kebakaran kelas B.
Contoh
: kebakaran trafo, panel lstrik, generator, peralatan audio, dll.
§ Kelas D,
kebakaran
logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa terjadinya api adalah
atas dasar peristiwa segitiga api. Dengan
demikian untuk memadamkan api atau untuk mencegah timbulnya api, kita harus
menghilangkan salah satu unsur segitiga api atau merusak konsentrasi dari
ketiga unsur tersebut, yaitu :
§ Menghilangkan/membatasi
atau mengurangi bahan bakar (starvation).
Pemindahan bahan mudah terbakar untuk mematikan api memang efektif, tapi pada
prakteknya memang sulit. Sebagai contoh cara memindahkan bahan bakar yaitu dengan
menutup kerangan, memompa minyak ketempat lain, memindahkan bahan yang mudah
terbakar dll. Cara lain adalah dengan menyiram air pada bahan tersebut atau membuat
penahan/pencegah terjadinya penguapan bahan tersebut yaitu dengan foam yang
menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran.
Pemindahan bahan mudah terbakar untuk mematikan api memang efektif, tapi pada
prakteknya memang sulit. Sebagai contoh cara memindahkan bahan bakar yaitu dengan
menutup kerangan, memompa minyak ketempat lain, memindahkan bahan yang mudah
terbakar dll. Cara lain adalah dengan menyiram air pada bahan tersebut atau membuat
penahan/pencegah terjadinya penguapan bahan tersebut yaitu dengan foam yang
menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran.
§ Memisahkan
uap bahan bakar dengan udara (penyelimutan/smothering), sedangkan
prinsip mengurangi kadar oksigen diudara disebut pengenceran/dilusi.
Salah satu contoh cara ini ialah memadamkan minyak terbakar dipenggorengan dengan
jalan menutup penggorengan tersebut. Penyelimutan ini biasanya adalah salah satu
cara yang paling mudah untuk memadamkan api.
prinsip mengurangi kadar oksigen diudara disebut pengenceran/dilusi.
Salah satu contoh cara ini ialah memadamkan minyak terbakar dipenggorengan dengan
jalan menutup penggorengan tersebut. Penyelimutan ini biasanya adalah salah satu
cara yang paling mudah untuk memadamkan api.
§ Mengurangi
panas bahan bakar sampai temperatur dibawah titik penyalaannya
(pendinginan/cooling).
Salah satu cara yang paling luas untuk memadamkan api adalah dengan cara
pendinginan. Pengontrolan suhu mendapatkan penyerapan panas dengan pendinginan
bahan baku sampai titik sehingga tidak bisa menguap untuk menyuplai uap untuk
pembakaran. Air adalah salahsatu bahan penyerap panas yang terbaik dari bahan
lainnya.
(pendinginan/cooling).
Salah satu cara yang paling luas untuk memadamkan api adalah dengan cara
pendinginan. Pengontrolan suhu mendapatkan penyerapan panas dengan pendinginan
bahan baku sampai titik sehingga tidak bisa menguap untuk menyuplai uap untuk
pembakaran. Air adalah salahsatu bahan penyerap panas yang terbaik dari bahan
lainnya.
§ Memutus
rantai reaksi api baik secara kimiawi maupun secara fisis (breaking chain
reaction). Penelitian yang telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan membuktikan bahwa pernyataan yang paling dekat tentang pemisah panas, pemisahan bahan bakar, atau pemisahan oksigen dalam pemadaman kebakaran tidak berlaku, bila Dry Powder atau bahan-bahan yang mengandung hidrokarbon dipakai untuk bahan pemadam. Bahan-bahan ini adalah produk-produk menengah yang reaksinya lambat dalam reaksi kebakaran untuk menurunkan suhu panas (tingkatan evolusi suhu panas) dan untuk pemadam.
reaction). Penelitian yang telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan membuktikan bahwa pernyataan yang paling dekat tentang pemisah panas, pemisahan bahan bakar, atau pemisahan oksigen dalam pemadaman kebakaran tidak berlaku, bila Dry Powder atau bahan-bahan yang mengandung hidrokarbon dipakai untuk bahan pemadam. Bahan-bahan ini adalah produk-produk menengah yang reaksinya lambat dalam reaksi kebakaran untuk menurunkan suhu panas (tingkatan evolusi suhu panas) dan untuk pemadam.
C. Media Pemadaman Api
Media
pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
ü Jenis
padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
ü Jenis
cair : misalnya air, busa
ü Jenis
gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102
Beberapa jenis media
pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman Api
\ Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.
\ Tepung
Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi
menjadi sebagai berikut :
ü Tepung
kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
ü Tepung
kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya :Monoamonium
Phosphate (MAP).
ü Tepung
khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder
dll.
« Ciri-ciri
tepung kimia (dry powder) adalah :
þ Butiran
relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron,
þ Tidak
beracun
þ Untuk
mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan
daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah “logam stearate” serta bahan-bahan
tambahan (additives tambahan).
þ Walaupun
cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau
peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
þ Bagi
manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan.
« Cara
kerja tepung kimia dalam memadamkan api :
þ Secara
fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
þ Secara
kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung
kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
\ Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
ü Mudah
didapat dalam jumlah yang banyak.
ü Murah
ü Mudah
disimpan, diangkut dan dialirkan
ü Dapat
dipancarkan dalam berbagai bentuk
ü Mempunyai
daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam
air.
ü Mempunyai
daya mengembang uap yang tinggi.
« Kelemahan
air sebagai media pemadam, antara lain :
ý Menghantar
listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
ý Berbahaya
bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
(menghasilkan panas).
ý Dapat
terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
« Cara
kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
þ Pendinginan,
air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 °C sampai 100
°C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
þ Penyelimutan,
karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air
tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
\ Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan
(bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan
bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut maka sangat efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan yang terbakar
sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A.
ü Busa
Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia
antara larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3
+ 6NaHCO3→ 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
ü Busa
Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu
berupa adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa,
air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa mekanis.
Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa mekanis.
Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
D. Alat Pemadam Kebakaran
Fasilitas alat pemadam
kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu :
ü Alat pemadam api ringan.
ü Alat pemadam api beroda.
ü Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system).
Pada dasarnya teknik untuk
memadamkan kebakaran adalah :
þ
Harus dipadamkan sedini
mungkin dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat, atau dengan cara
sederhana yang tepat, antara lain : menutupi dengan goni basah, menyiram dengan
air (disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran).
þ
Bila pertolongan petama
gagal, usahakan penanggulangan kebakaran terhadap daerah yang terbakar dan
bersamaan dengan itu usahakan memblokir tempat kebakaran dengan bangunan lain
yang terdekat.
þ
Untuk pemadaman yang
menggunakan air atau bahan cair, terlebih dahulu harus
memutuskan aliran listrik ditempat yang akan dipadamkan/disemprot.
memutuskan aliran listrik ditempat yang akan dipadamkan/disemprot.
Yang akan diterangkan berikut
ini lebih ditekankan pada penggunaan alat pemadam api ringan (APAR).
E. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Penggunaan alat pemadam api ringan (Portable Fire
Extinguisher) untuk memadamkan kebakaran awal telah terbukti banyak manfaatnya.
Menurut penelitian National Association of Fire Equipment Distributor di
Amerika (Bryan, hal 27), dari sejumlah 5400 kasus kebakaran yang diteliti,
sekitar 5073 kasus dapat dipadamkan oleh penghuni dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan. Sedangkan kasusnya sisanya dipadamkan dengan menggunakan
sistem sprinkler otomatis atau oleh regu pemadam.
Oleh karena itu, NFPA menentukan bahwa APAR harus tetap
disediakan untuk memadamkan kebakaran awal. Walaupun tempat tersebut telah
dilindungi oleh sprinkler otomatis atau alat pemadam kebakaran yang lain
(hidran air, dll). NFPA memberikan batasan, Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
adalah : “suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat
disempurnakan bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran” (NFC 10-1981, hal.
10-6)
Gambar Alat Pemadam Api
Ringan (APAR)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980, tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR, dikemukakan bahwa APAR adalah : alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulanya terjadi kebakaran.
Dari kedua batasan diatas tampak jelas ciri-ciri yang memiliki APAR, yaitu :
ringan, berisi media pemadam, mempunyai tenaga dorong, digunakan untuk
memadamkankebakaran awal, dan dapat dilayani oleh satu orang saja.
Untuk memadamkan kebakaran, APAR memiliki beberapa
keterbatasan, baik dalam jumlah media pemadam, jarak jangkau serta lamanya
semprotan. Oleh karena itu APAR harus dipergunakan secara cepat dan tepat, agar
tidak banyak media pemadam yang terbuang percuma.
Dayaguna (effisiensi) dan hasil guna (efektivitas)
penggunaan APAR tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
ü APAR
cocok terhadap api yang mungkin timbul.
ü APAR
diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working order).
ü Kebakaran
ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan APAR.
ü Kebakaran
ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu mempergunakan APAR tersebut (NFC 10-1981, hal. 10-29).
F. Pemakaian
Alat Pemadam Api Ringan(APAR)
\ APAR jenis Dry Powder (Tepung Kering)
Salah
satu contoh Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan media pemadam Dry Powder
adalah Model A-20 E.
Gambar APAR dengan Media Pemadam Dry
Powder
Cara-cara pemakaiannya adalah
sebagai berikut :
ü Turunkan alat pemadam dari tempatnya.
ü Lepaskan selang dari jepitan
ü Pegang horn nozzle dengan tangankiri sedangkan tangan kanan
menekan
pelatuk/pemecah cartrige dengan posisi badan/muka menyamping dari fill cap racun api.
pelatuk/pemecah cartrige dengan posisi badan/muka menyamping dari fill cap racun api.
ü Lakukan pengetesan ditempat yang aman terlebih dahulu
sebelum maju kesasaran api dengan posisi nozzle keatas
ü Bila alat tersebut baik majulah mendekati api dari arah
angin datang (diatas
angin) dengan memegang nozzle sudut 45°.
angin) dengan memegang nozzle sudut 45°.
ü Padamkan api dengan mengarahkan semburan dry chemical 6”
dimuka sudut (tepi) api dalam jarak kira-kira 2 meter (jangan terlampau dekat).
Lalu majulah perlahan sambil mengibas kekiri dan kekanan sedemikian rupa sehingga
semburan dry chemical melewati tepian api/batas bagian yang terbakar tertutup
dengan sempurna.
ü Perhatikan dengan seksama apakah api benar-benar telah
mati, kalau telah mati
mundurlah beberapa langkah dan jangan langsung membelakangi api karena kemungkinan api menyala kembali (flash back) dan akan membahayakan bagi pemakainya.
mundurlah beberapa langkah dan jangan langsung membelakangi api karena kemungkinan api menyala kembali (flash back) dan akan membahayakan bagi pemakainya.
\ Jenis Busa Kimia (Chemical Foam)
APAR jenis busa kimia
mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu :
ü Jenis balik biasa/Overturing.
ü Jenis kerangan/Valve.
ü Jenis sekat pecah/Breakable seal.
Saat menggunakan APAR jenis busa jangan digunakan langsung kepermukaan cairan yang terbakar, tetapi harus diarahkan kedinding vertikal permukaan yang terbakar sehingga foam mengalir kebawah dan membentuk lapisan selimut yang akan menyebar diatas permukaan yang terbakar.
Jenis alat pemadam ini terdiri dari gas cartrige dan stored pressure yang dioperasikan dengan posisi berdiri, tetapi jenis yang lama harus dibalikkan pada saat mengoperasikannya . jenis ini harus dipegang selama dioperasikan dan akan membantu untuk memadamkan api secara cepat, serta pada saat yang sama nozzle harus ditekan untuk memberikan pancaran dengan tekanan yang cukup.
Gambar APAR dengan Media Pemadaman
Chemical Foam
Dibandingkan dengan APAR busa-mekanik, APAR
jenis busa kimia memiliki beberapa kelemahan :
û
Daya pemadamannya lebih rendah (untuk
ukuran APAR yang sama).
û Sekali digunakan tidak dapat dihentikan pancarannya,
sehingga mempersulit penggunaannya.
û Mengandung
bahan kimia yang bersifat karat.
ü APAR
busa mekanik (Mechanical Foam Extinguisher).
Sistem pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2,
baik dengan cara tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored
Pressure).
Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
ü Tipe
gas Cartrige.
ü Tipe
stored-pressure.
Pemakaian APAR jenis busa
Pada kepala bejana sering dilengkapi dengan katup pengatur, dan pada nozzle terdapat sistem pengisi ventury untuk memasukkan udara gelembung busa .
Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan
tipe busa kimia, adalah :
ü Daya pemadamannya tinggi.
ü Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga
memudahkan pemadaman.
ü Sifat karat dari larutannya tidak setinggi allumunium
sulfat.
Teknik atau cara penyampaian busa ketempat bakaran adalah :
ü Dinginkan wadah cairan yang terbakar.
ü Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan
sekali-kali air tersebut
dimasukkan ketempat yang terbakar.
dimasukkan ketempat yang terbakar.
ü Bila
busa telah keluar dari pemancar, arahkan ketempat yang terbakar.
ü Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau
ditembakkan kebagian dalam dinding wadah yang terbakar.
ü Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan
penyemprotan busanya diarahkan keluar dari tempat yang terbakar.
ü Jenis
Gas CO2
CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.
Pengguanaan sebagai media pemadam pada
kebakaran, cairan CO2 berubah wujudnya menjadi gas dan
mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan mendesak udara keluar
dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO2
disimpan dalam silinder dengan tekanan 1000-1200 psi.
Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe ini mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.
Gambar APAR dengan Media Pemadaman
Gas CO2
APAR
jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
ü Bersih tanpa meninggalkan bekas pada peralaatan yang
disemprotkan, sehingga cocok untuk laboratorium, percetakan, pabrik makanan.
ü Murah
dan mudah diperoleh.
ü Tidak
menghantar listrik.
APAR
jenis ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
ü Daya pemadaman kurang efektif (dibandingkan dengan media
pemadam halon serta Dry chemical),sehingga perlu konsentrasi yang tinggi untuk
pemadamannya.
ü Mudah
tersebut sehingga kurang efektif untuk tempat terbuka.
ü Tidak beracun, tetapi inert, sehingga untuk penggunaannya
harus diperhitungkan orang-orang yang ada diruangan tersebut. (Ansul Fire Aid
Fire Training, 1974).
Cara-cara
pemakaiannya :
ü Turunkan
tabung CO2 dari tempatnya.
ü Lepaskan
horn dari tempat jepitannya.
ü Putuskan lead seal (pen pengaman).
ü Pegang
horn dengan tangan kiri dan arahkan keatas.
ü Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba
alat ditempat sebelum menuju
kearah api).
ü Bila
keadaan baik bawa ketempat kebakaran.
ü Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah
datangnya angin dan usahakan agar menutup keseluruhan daerah permukaan api.
G.
Apa yang dilakukan ketika
kebakaran terjadi, akibat dari hubungan arus pendek listrik ?
Seperti
yang dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa penyebab kebakaran telah dibagi
menjadi empat klasifikasi. Salah satu penyebab kebakaran adalah Arus Listrik.
Mengapa arus listrik dimasukkan kedalam salah satu klasifikasi penyebab
terjadinya kebakaran?, jawabanya adalah arus listrik memiliki tegangan yang
sangat tinggi yang mengalir melalui media kabel yang terbuat dari tembaga, arus
listrik ini pula menghantarkan panas. Panas inilah yang menyebabkan terjadinya
arus pendek listrik yang menjadi penyebab kebakaran. Kabel yang dialiri arus
listrik akan meleleh jika kualitas kabel rendah, dan akan menyebabkan kebakaran. Selain itu penggunaan stop kontak
listrik yang berlebihan dalam rumah akan menyebabkan kebakaran yang lebih fatal. Stop kontak
listrik yang bercabang yang dimasukkan arus listrik akan menghantarkan panas
dua kali lipat, dan stop kontak akan meleleh dan menimbulkan kebakaran.
Apabila
terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh arus listrik, adapun hal yang perlu
dilakukan saat terjadi kebakaran, yaitu :
ü Bawalah surat – surat yang berharga seperti surat tanah, ijazah, dan surat –
surat berharga lainnya.
ü Jangan berada dekat dengan lokasi kebakaran.
ü Lakukan pemadaman api dengan alat yang sesuai.
Adapun
pemadam yang digunakan saat terjadinya kebakaran akibat arus listrik adalah alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering, seperti Dry Chemichal, CO2, gas
Hallon dan BCF.
Saat akan melakukan pemadaman hal yang dilakukan
adalah mematikan sumber listrik agar kita
aman dalam memadamkan kebakaran.
H.
Kesimpulan
ü
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat
yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
ü Api terjadi karena persenyawaan dari :
ü Sumber panas,
ü Oksigen,
ü Bahan bakar.
\ Pada umumnya kebakaran melalui dua
tahapan, yaitu :
ü Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
ü Tahap Pembakaran ( Steady Combustion
)
\ Kebakaran
dibagi atas beberapa klasifikasi, yaitu :
ü
Kelas A,
kebakaran bahan padat biasa, dimana pendinginan ( dengan air atau
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.
larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik.
ü
Kelas B, kebakaran
cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara utama untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran minyak, gemuk (grease), cat berpelarut
minyak, dan gas
mudah terbakar.
mudah terbakar.
ü
Kelas C, kebakaran pada peralatan beraliran listrik,
dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media pemadam yang tidak menghantarkan
listrik. Jika arus listriknya dimatikan, akan ditemui
kebakaran kelas A atau kebakaran kelas B.
Contoh : kebakaran trafo, panel lstrik, generator,
peralatan audio, dll.
ü Kelas D,
kebakaran logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.
Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahan-bahan radioaktif, dll.
\ Cara
perembatan api terbagi atas 3 macam, yaitu :
ü
Konveksi ( Convection )
atau perpindahan panas karena pengaruh aliran disebabkan karena molekul tinggi
mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya
pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
ü
Konduksi ( Conduction ) atau
perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur
tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
ü
Radiasi ( Radiation ) atau perpindahan panas yang bertemperatur
tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang
karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik.
\ Adapun
sistem cara pemadaman kebakaran, terbagi atas :
ü
Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan
cara memisahakan / menjauhkan benda – benda yang dapat terbakar. Contohnya,
bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api
harus segera dibongkar / dimatikan.
ü
Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara
menurunkan panas. Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda
yang terbakar.
ü
Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara
mengurangi kadar O2 pada lokasi sekitar benda- benda terbakar.
\
Media pemadam api menurut fasanya dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
ü Jenis
padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
ü Jenis
cair : misalnya air, busa
ü Jenis
gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102
\
Fasilitas alat pemadam
kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu :
ü Alat pemadam api ringan.
ü Alat pemadam api beroda.
ü Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system).
\
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah : “suatu
peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan
bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran” (NFC 10-1981, hal. 10-6)
\
Dayaguna (effisiensi) dan hasil guna
(efektivitas) penggunaan APAR tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
ü
APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
ü
APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan
siap pakai (in working order).
ü
Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil
untuk dipadamkan dengan APAR.
ü
Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau
dan mampu mempergunakan APAR tersebut (NFC
10-1981, hal. 10-29).
\ Adapun Alat Pemadaman Api Ringan (APAR) dibagi atas
beberapa macam yaitu:
ü APAR jenis Dry Powder (Tepung Kering)
Salah satu contoh Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) dengan media pemadam Dry Powder adalah Model A-20 E.
ü Jenis Busa Kimia (Chemical Foam)
APAR jenis busa kimia
mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu :
ü
Jenis balik
biasa/Overturing.
ü
Jenis kerangan/Valve.
ü
Jenis sekat
pecah/Breakable seal.
ü
APAR busa mekanik (Mechanical Foam
Extinguisher).
Sistem
pendorong : tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara tabung gas
(Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure).
Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis :
ü
Tipe gas Cartrige.
ü
Tipe stored-pressure.
ü
Jenis Gas CO2
CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.
\ Apabila terjadi kebakaran
yang diakibatkan oleh arus listrik alat pemadam yang digunakan adalah alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering, seperti Dry Chemichal, CO2, gas
Hallon dan BCF.
Daftar
Pustaka
Ø http://Kebakaran/Universitas_Pembangunan_Nasional_Veteran_file/.pdf
Ø http://Langkah _Langkah_Perawatan_Alat_Pemadam_Api/Anwar
Arifin.blogspot .html
Ø http://akar rumput 2/:
blogspot.Com/2011/01/segitiga api dan pemindahan panas.html
Ø http:// metro..kompasiana.com/2010/07/02/elpiji- bagian dari
segitiga api.html